- Riwayat Singkat
Charlemagne
(Inggris: Charles the Great, Belanda: Karel de Grote, Jerman: Karl der Grosse,
Latin: Carolus Magnus) lahir pada tanggal 2 April tahun 742 di dekat kota Aachen ,
Eropa bagian Utara. Charlemagne adalah anak
yang tertua dari ibunya yang bernama Bertrade dan ayahnya yang bernama Pepin si
Cebol (“Pepin the Short”). Saudaranya yang lebih muda bernama Carloman.
Kakeknya bernama Charles Martel, seorang pemuka bangsa Franks, yang pada tahun
732 berhasil memenangkan percobaan kaum Muslim yang berusaha menaklukkan
Perancis dalam pertemuran di Tours.
Hanya sedikit yang diketahui mengenai masa
muda Charlemagne. Para
sejarawan yakin bahwa Bertrade memberi pengajaran-pengajaran kepada Charles
muda. Charles muda belajar membaca bahasa Latin di sekolah biara tetapi dia
tidak pernah (bisa) menulis. Selain itu, Charles muda juga menerima pengajaran
agama/rohani dari ibunya, Bertrade, dan Abbot Fulrad, seorang teman karib dan
orang kepercayaan ayahnya Raja Pepin III. Kelak nanti devosinya kepada Gereja
menjadi suatu gerakan yang kuat dan luar biasa dalam hidupnya dan
karya-karyanya.
Eginhard,
sekretarisnya, melukiskan Charlemagne sebagai seorang dengan wajah yang ceria
dan ramah. Pembawaannya elegan dan tegas. Charlemagne memiliki postur tubuh
yang tinggi (sekitar 2 meter lebih) dan berotot dan berambut pirang. Karakter
Charlemagne cukup kontradiktif. Pada zaman ketika hukuman atas
penaklukan/kekalahan adalah kematian, Charlemagne beberapa kali menyelamatkan
nyawa musuh-musuh taklukannya. Namun pada tahun 782 di Verden, saat terjadinya
pemberontakan orang-orang Saxon, dia memerintahkan agar memenggal kepala
orang-orang Saxon sekitar 4.500 orang. Dia juga memaksa kaum klerus dan
bangsawan untuk memperbaiki cara hidup mereka, tetapi di sisi lain dia
menceraikan dua dari empat isterinya tanpa alasan. Dia memaksa raja-raja dan para pangeran untuk
berlutut di depan kakinya[1].
- Charlemagne sebagai Raja Franks
Tahun
751 Pepin dinyatakan sebagai raja bangsa Franks, sehingga mengakhiri kelemahan
dinasti Merovingran, mendirikan dinasti baru yang kini disebut Carolingian,
sesudah Charlemagne. Tahun 768 Pepin meninggal dunia dan kerajaan bangsa Franks
diwariskan kepada kedua puteranya, Charlemagne dan Carloman. Pada umur 26 tahun
Charlemagne dengan saudaranya Carloman mewarisi kerajaan Franks. Tetapi pada
tahun 771 Carloman mendadak meninggal sehingga pada umur 29 tahun Charlemagne
menjadi raja tunggal di kerajaan Franks yang telah menjadi kerajaan terkuat di
Eropa.
Hal yang cukup penting dalam sejarah
adalah penaklukan Charlemagne atas Saxony ,
suatu daerah luas di sebelah utara Jerman. Ini diperlukan tidak kurang dari 18
kali pertempuran; yang pertama tahun 772 dan yang terakhir tahun 804.
Faktor-faktor agama sudah barang tentu menjadi penyebab mengapa perang melawan
bangsa Saxon begitu ketat dan berdarah. Orang-orang Saxon itu pagan - tak
beragama. Charlemagne memaksa mereka memeluk agama Kristen. ”Setiap warga Saxon
yang tidak dibabtis dan mencoba untuk menyembunyikan fakta itu dari saudara-saudaranya
dan menolak untuk dibabtis harus dihukum mati”[2], demikian peraturan Charlemagne bagi bangsa Saxon. Mereka yang menolak
dibabtis atau belakangan balik lagi murtad jadi pagan dijatuhi hukuman mati.
Menurut taksiran, tak kurang dari seperempat penduduk Saxon terbunuh dalam
proses penaklukan agama secara paksa ini.
Charlemagne juga melakukan serbuan
ke bagian selatan Jerman dan barat daya Perancis, untuk mengukuhkan
pengawasannya atas daerah-daerah itu. Untuk mengamankan perbatasan timur kerajaannya,
Charlemagne melakukan serentetan penyerbuan terhadap bangsa Avar[3].
Sesudah itu Charlemagne membabat habis seluruh kekuatan Angkatan Bersenjata
Avar. Kendati daerah-daerah sebelah timur Saxony dan Bavaria
tidak diduduki bangsa Franks, negeri-negeri lain yang mengakui kekuasaan Franks
membentang luas mulai Jerman hingga Croatia .
Charlemagne juga mencoba mengamankan
daerahnya di perbatasan bagian selatan. Tahun 778 dia pimpin penyerbuan ke
Spanyol. Penyerbuan ini tidak berhasil, tetapi Charlemagne bisa juga mendirikan
daerah kekuasaan di Spanyol bagian utara, terkenal dengan sebutan "Spanish
March" yang mengakui kedaulatan kekuasaan Charlemagne[4].
Bangsa Franks melakukan lima puluh
empat kali pertempuran dalam jangka waktu empat puluh lima tahun selama
pemerintahannya. Sebagai hasil
begitu banyak peperangan yang membawa kemenangan, Charlemagne berhasil
menyatukan hampir seluruh Eropa Barat di bawah kekuasaannya. Pada puncak
kejayaannya, kerajaannya terdiri dari sebagian besar Perancis sekarang, Jerman,
Swis, Austria, Negeri Belanda, tambah sebagian besar Italia dan banyak lagi
daerah-daerah perbatasan. Sejak jatuhnya Kekaisaran Romawi, tak ada satu negara
pun yang punya daerah kekuasaan seluas itu.
- Sacrum Imperium Romanum
Tahun 799 Charlemagne menerima berita
bahwa suasana buruk telah timbul lagi di Roma. Paus Leo III, yang menggantikan
Paus Adrianus I, telah diserang oleh orang-orang sewaktu mengadakan perarakan
pada hari St. Markus. Mereka menolak Paus dari kudanya, menindisnya lalu
mencoba mengeluarkan lidah dan matanya. Tidak berhasil. Mereka lalu menyeretnya
ke sebuah gereja, lalu memukulnya dan melepaskannya berbaring di depan altar.
Sangkanya ia telah wafat. Paus sadar kembali dan dengan bantuan pangeran
Spoleto ia lari ke luar kota dan melaporkan kesemuanya itu kepada Charlemagne,
yang berada di Paderborn. Charlemagne menerimanya dengan kehormatan besar lalu
mengembalikannya ke Roma. Semua mereka yang telah mengadakan pencobaan
pembunuhan itu ditangkap dan dipenjarakan[5].
Puncak
paling tinggi atau paling tidak yang paling termasyur dari pemerintahan
Charlemagne terjadi di Roma pada hari Natal tahun 800. Di Gereja St. Petrus
Roma, dari altar Paus Leo III mengenakan mahkota emas di atas kepala
Charlemagne. Sementara itu
jemaat yang berjejal tanpa henti-hentinya melantunkan aklamasi ritual. Hadirin yang ada di gereja serentak berseru, ”To
Charles the August, crowned by God, great and pasific emperor, long life and
victory!”[6]. Pada hari itu, Paus mengumumkan bahwa dia
adalah Kaisar Romawi. Ini berarti Kekaisanan Romawi Barat yang sudah hancur
tiga abad sebelumnya bangkit kembali dan Charlemagne merupakan pengganti
Augustus Cesar yang sah.
Pemahkotaan Charlemagne terjadi atas
karya pimpinan tertinggi Gereja. Peristiwa ini dipandang sebagai fusi antara
unsur-unsur Frankhi dan Romawi, di bawah pengaruh Gereja, yang memiliki peranan
menentukan dalam genesis peradaban
Abad Pertengahan. Secara politis gelar baru Charlemagne (kaisar) menumbuhkan
harga diri. Kaisar adalah pelanjut dan pembangkit kekaisaran Roma. Berkat
peristiwa tahun 800 itu lahirlah Sacrum
Romanum Imperium (Kekaisaran Romawi Suci) dan terjadilah hubungan erat
antara masyarakat keagamaan dan sipil[7].
Kaisar dan Paus sama-sama
memerintah, akan tetapi dalam bidangnya
masing-masing. Kaisar adalah penasihat Gereja; ia diharuskan melindungi Gereja
dalam waktu kesusahan melawan musuh duniawi. Paus berhak meletakkan mahkota
kaisar atas kepala kaisar. Tetapi baik paus maupun kaisar adalah manusia biasa
dan bukan malaikat; sering timbul pertentangan pendapat dan kaisar itu merasa
dirinya kuat dan berpengaruh hendak menguasai Gereja juga[8].
Dan dalam prakteknya, paus dikurung dalam “sakristi”. Tugas utamanya adalah
melayani pelbagai jenis peribadatan dan kultus. Hal-hal lainnya (yang tidak
berhubungan dengan ibadat dan kultus) menjadi wewenang kaisar. Charlemagne
cukup sering melakukan intervensi dalam masalah gerejawi[9].
Charlemagne semata-mata berikhtiar membela kepentingan-kepentingan agama. Sebab
ia menyadari bahwa ia dilantik oleh Allah untuk melaksanakan misi tersebut.
- Menghidupkan
Kembali Pendidikan dan Seni
Charlemagne adalah seorang pembaharu
yang tak kenal lelah. Dia berusaha memperbaiki kualitas warganya dengan
berbagai macam cara. Dia menetapkan (membuat) mata uang untuk mengembangkan perdagangan,
mencoba membangun sebuah terusan Rhino-Danube, dan mengembangkan metode-metode
pertanian yang lebih baik. Dia terutama berusaha mengembangkan pendidikan dan
menyebarkan Kristianitas kepada seluruh kalangan masyarakat[10].
Charlemagne cukup menekankan
pengembangan yang lebih baik di bidang pendidikan. Ia gemar akan pengetahuan.
Ia sendiri pandai berbicara Latin serta pandai mempergunakan bahasa Yunani. Ia
juga memberi perhatian untuk ilmu-ilmu perbintangan dan teologi. Pujaannya
ialah St. Agustinus yang telah menghasilkan De
Civitate Dei, yang biasanya dibacakan apabila ia bersantap. Di
sekelilingnya berkumpul para ahli (sarjana); mereka bertindak sebagai
penasihatnya dan dikirim ke segala wilayahnya sebagai komisaris (Misi Dominici)[11].
Agar memberikan kemungkinan kepada
rakyat jelata untuk turut mengecap pendidikan itu, Charlemagne mendirikan tiga
macam sekolah:
- Sekolah desa: dijaga oleh pastor paroki untuk pelajaran sekolah rendah. Dikisahkan pada suatu waktu, Charlemagne melihat seorang anak miskin yang belajar keras dan seorang anak bangsawan yang lamban. Dia menjanjikan hadiah yang besar kepada anak yang sungguh-sungguh belajar itu, sementara kepada anak bangsawan dengan tegas ia berkata bahwa dia kurang menghargai dia meskipun dia keturunan bangsawan dan tidak akan mendapat kemurahannya sedikit pun.
- Sekolah musik: untuk biarawan. Charlemagne mendukung pelayanan-pelayanan gereja, khususnya biara-biara. Kepala penasihatnya, Alcuin, seorang rahib Inggris yang mengawasi kemajuan-kemajuan dalam liturgi dan musik sakral, membuat musik sehingga liturgi menjadi selaras dengan kebutuhan Roma.
- Sekolah biara dan katedral: di sana diajarkan tujuh macam pengetahuan yakni Trivium: ilmu berkhotbah dan semantik dan Quadrivium: ilmu pasti, ilmu bumi, ilmu perbintangan, ilmu musik dan ilmu ke-Tuhan-an.
Penghidupan kembali ini, yang sering
juga disebut “renesains Karolinger”, merupakan suatu langkah panjang ke depan.
Hal ini timbul dari inisiatif kaisar. Penghidupan kembali ini khususnya
bersifat agama. Ia menghendaki bahwa
kaum klerus harus mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi. Para imam harus
lebih berkhotbah lebih sering dan lebih baik. Maka dari itu, Charlemagne
menyarankan penyediaan-penyediaan khotbah-khotbah yang mempergunakan
karya-karya Bapa-Bapa Gereja. Ia menandaskan pula bahwa khotbah itu harus
diberikan dalam bahas daerah apabila masyarakat tidak mengerti bahasa Latin.
Dia juga giat dalam pembaharuan disiplin biara. Untuk itu ia mendatangkan dari
Monte Casino satu salinan dari peraturan Santo Benediktus, lalu disuruhnya
dibuat lebih banyak salinan lagi[12].
Charlemagne juga mengorganisir satu sekolah istana (palace school) di Aachen
untuk melatih putra-putranya sediri serta putri-putri keluarganya dan
pembesar-pembesar negara. Di bawah pemerintahan pendahulunya sekolah yang
semacam itu juga telah ada, akan tetapi tujuan sekolah itu ialah untuk
memberikan kepada putra-putranya raja dasar pendidikan militer. Charlemagne
menambahkan lagi pendidikan intelektual; dan selama pimpinan Alcuin, sekolah itu
merupakan pusat pendidikan guru yang mempunyai nama baik.
- Kematian
Charlemagne
Tahun 813 Charlemagne mendatangkan
anaknya Louis ke istana Aachen. Di hadapan sidang umum yang dihadiri oleh
biarawan serta awam dan dengan persetujuannya, Charlemagne menyatakan dengan
resmi bahwa Louis adalah penggantinya dan ahli waris dari segala wilayahnya.
Tanggal 28 Januari 814 ia wafat setelah diperkuat dengan doa serta Sakramen
Mahakudus. Ia dikebumikan di basilika yang didirikannya sendiri.